Sunday, December 25, 2011

The Ten Commandments

Selamat sore...
Semalam, karena ngga bisa tidur, gw iseng nyalain TV, dan gw tertarik dengan salah satu channel menayangkan film tentang Nabi Musa (Moses), Ten Commandments, 10 perintah Tuhan. Setelah mencari-cari alias googling, film ini dirilis tahun
1956 (udah cukup jadul) dibuat oleh Amerika Serikat.

Film ini bercerita tentang seorang Musa yang kembali datang untuk membebaskan budak-budak yang telah ditindas oleh pemerintahan Firaun (Ramses). Firaun merupakan Raja Mesir yang berkuasa dan mengaku dirinya sebagai Tuhan, Dewa, dan terdapat dalam dialognya "Aku adalah bulan, aku adalah matahari, aku adalah Nil"

Singkat cerita, Musa bersama saudaranya, Harun, menentang dan memberikan peringatan kepada Firaun untuk mengikutinya ke jalan yang benar. Namun dengan keangkuhannya Firaun menolak. Daerah pemerintahan tersebut kemudian terkena azab Tuhan (sori, dalam film ini yang dikatakan adalah Tuhan) seperti air berubah warna menjadi merah seperti darah, ternak-ternak mati terkena wabah, hasil-hasil pertanian gagal panen terkena hama serangga yang sangat banyak, hingga kematian anak-anak mereka (rakyat pendukung Firaun). Budak-budak yang dibebaskan oleh Musa mengikuti Musa untuk menemukan Tanah Perjanjian yang dijanjikan oleh Tuhan melalui komunikasi antara Musa dan Tuhan, serta Musa diberikan mukjizat oleh Tuhan berupa tongkat yang dapat membelah Laut Merah sehingga dapat diseberangi oleh rakyat budak... namun ketika pasukan tentara Firaun melintasinya lautan yang terbelah kembali menyatu dan pasukan tentara serta Firaun yang mengejar Musa tidak selamat. Selama perjalanan bertahun-tahun banyak peristiwa-peristiwa terjadi...

----
Setelah gw nonton film ini... mungkin disini gw ngerasa kok agak beda ya versinya. Hmm... ada beberapa yang mengganjal pikiran gw dan sangat penasaran ingin bertanya (berhubung gw juga mungkin tidak terlalu tahu lebih dalam sejarah Nabi Musa dalam Agama Islam).
Tanpa bermaksud menyinggung (no SARA)

1. Musa benar-benar membelah lautan dengan tongkatnya atas kekuasaan Tuhan (Allah) tapi dalam film, Musa hanya mengangkat tongkatnya saja.
2. Dalam film Musa mendengar kata-kata (firman Tuhan) dalam bentuk suara seorang Lelaki. (Dalam Islam, Tuhan kita (Allah) bukan perempuan maupun laki-laki.)
3. Dalam film Musa sempat merasa aral "Mengapa Aku yang Kau pilih ? Apa yang Kau inginkan dariku ? Kau mengambil semuanya dariku. Aku ingin anak-anakku" (Sepertinya tidak mungkin seseorang yang dipilih oleh Tuhan merasa aral dan menyalahkan Tuhannya).
4. Dalam film Musa berlari ke Gunung dan berbicara pada Tuhan (kok terkesan Tuhan itu ada di Gunung yaa ?)
5. Dalam film Harun yang sangat setia pada Musa, ketika Musa pergi ke Gunung dan rakyat dipegang oleh Harun, mengapa Harun membiarkan mereka menyembah berhala ?

---
Itu hanya sekilas pendapat dan pernyataan saya. Mungkin saya perlu mendalami pengetahuan saya kembali. Kebenaran hanya milik Tuhan.

Tuesday, February 8, 2011

Hari-Hari bersama Enin :)

Saya adalah anak dari keluarga keturunan suku Sunda asli bin kental. Saya bisa dibilang jarang bertemu dengan keluarga besar saya karena saya tinggal di Bogor, dan bertemu dengan mereka merupakan hal yang sangat berharga bagi saya. Ditambah dengan bercengkrama dengan nenek saya (walaupun bukan nenek sebenarnya... jadi nenek sebelah gitu). Nenek saya yang masih hidup ini adalah tante dari ayah saya, sedangkan nenek asli saya dan kakek asli saya sudah meninggal. Saya sangat senang bila bercanda dengan nenek saya itu karena memiliki humor yang besar, lucu, serta logat sunda yang tak pernah beliau tinggalkan. Beliau seringkali memberikan saya wejangan-wejangan yang bermanfaat untuk saya, serta menegur saya jika saya berbicara di luar 'tatanan sunda yang halus' seperti misalnya... jika di Bogor itu kata "Lebok siah..." itu sudah menjadi biasa dan lumrah, tapi ketika saya berbicara itu di depan nenek saya, waduuhh saya diceramahin setengah mati.
Dan hari ini, saya menghabiskan waktu bersamanya sehariaaaann. Bercanda, tertawa, bahkan bercerita tentang masa-masa lalu tentang tante saya (disini saya menghabiskan waktu seharian bersama adik papa saya, tante saya). Tante saya sebentar lagi mau menikah dan kami di kamar sedang melipat-lipat kardus untuk syukuran.
Saya menyebut nenek saya dengan sebutan 'enin'... Enin bercanda ke saya tiba-tiba setelah sholat dzuhur, karena saya sedang berbicara tentang jodoh dengan tante saya.
Enin : "Neng, lamun milarian kabogoh teh tong anu saumuran, bisi pasea wae... atawa lalakina nu manja. Nu aya mah sanes urang nu nyalindung ka anjeunna, sareng nu saumuran mah biasana sok kurang bijaksana."
Beuuhh, ngena banget tuhh hahahaha...
Saya : "Nya atuh kumaha nin, da kumaha jalmina weh atuh... hehehehe"
Enin : "Nya pokona mah neng kuliah heula nu junum, milarian elmu."
Pas sore hari, saya jalan-jalan sama enin belanja ke Yog** toserba. Di jalan saya nyeletuk..
saya : "Tuh nin, nu lainna mah jalan-jalan teh nganggo kendaraan mewah nya, mobil di bumina ngajejer sababaraha hiji. Naha urang mah henteu kitu nya..."
Enin : "Hush... tong sok kitu, kedah bersyukur ka Gusti Alloh, mangkanya neng mah kudu pinter diajarna, supaya tiasa ngangkat ka kaluarga teh. Mun tos mapan mah, sok mangga, ku enin mah didoakeun."
Terharu banget :'(
Malamnya...
Enin sama tante saya sedang ngobrol-ngobrol tentang masalah persiapan tante saya. Ehh tiba-tba adik saya yang masih bocah nyercos.
Adik saya : "Enin, suami enin kemana ?"
Enin : "Paeh" (Paeh itu bahasa kasarnya mati, hehehe jangan ditiru yaaa) *Tapi nada omongnya nenek saya ini biasa aja, kaya yang ngga sedih atau apa, malah kaya yang bercanda, ya makin lah adik saya makin polos nanyanya...
Tante : "Ngga dede, suaminya enin itu kerja, di luar... jadi ditinggal eninnya."
Adik saya : "Ahh yang bener ? Tadi enin bilang meninggal."
Enin : "Enya, paeh. Paeh hatena. Kabita ku nu lain, ku lauk asin." *bahasa menyindir halus
Adik saya : (masih tampang bego) "Yahh enin, hate itu apa ?"
Enin : "Makanya Hani, belajar bahasa sunda yaa, hate itu hati."
Adik saya : "Yahhh emang hati bisa mati yaa, yang bener enin ihhh, suami enin kemana ?"
Adik saya kelewat polos banget yaa hehehe maklumlah anak kecil. Hmm tapi yaa ampun tegar banget nenek saya itu. Walaupun berpuluh-puluh tahun ditinggal suaminya, tapi sama sekali ngga nyimpen yang namanya sakit hati. Kebal banget deh. Saya yakin di sisi lain, enin itu pasti merindukan itu semua. Tapi itu semua tertutupi dengan kebahagiaan enin disamping anak-anak dan cucu-cucunya. Saya sedih dan terharu, walaupun saya bukan cucu aslinya, tapi tetep ajaa saya juga merasakan kasih sayangnya, yaa walaupun cara penyampaian beliau tuh kalo nasehatin kita dengan logat sunda yang cempreng dan baweeellll bangett.. Hihihi, i love you enin... :)
Enin juga tadi cerita tentang pertemuan terakhirnya dengan enin asli saya (ibunya ayah saya). Enin Hasanah namanya. Enin Hasanah itu kakaknya Enin Fatimah (yang daritadi saya bicarain). Enin sampai nangis-nangis waktu tadi siang cerita tentang Enin Hasanah... Katanya terakhir kali ketemu itu Enin Nina tiba-tiba datang ke Bandung sendirian cuma untuk bertamu doang. Kaya ada firasat gituuu...
Enin juga cerita kalo enin aku itu... (Enin Hasanah) kulitnya putih, cantik, badannya seger, sehat, selalu ceria, ramah dan murah senyum. Punya mata sipit seperti saya. Beliau juga merupakan mantan perawat yang sangat teliti dan sabar dalam merawat pasien-pasiennya. Katanya enin itu cantik seperti orang Cina. Enin-enin aku itu merupakan sosok wanita-wanita kuat dan tidak terpisahkan walaupun hidup mereka berdua sangat perih terpisah oleh kedua orangtuanya dan sama-sama berjuang hidup. Dan, karena hidupnya selalu dipenuhi kesabaran, sehingga ketika meninggal pun enin Hasanah meninggal dengan tenang.
Dan untuk sekarang, saya berdoa untuk enin saya yang saya punya satu-satunya ini (Enin Fatimah) semoga hidup dipenuhi dengan barokah dari Allah, karena enin Fatimah sendiri pernah berkata kepada saya... "Percuma neng, kalau punya umur panjang tetapi hidupnya tidak barokah... oleh karena itu selalu berdoa pada Allah agar hidup kita ini selalu diberi barokah oleh Allah, untuk dunia dan di akhirat."

Saturday, February 5, 2011

Rahasia Kehidupan : Kematian

1. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62: 8)

2. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
“Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

3. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7 8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepatDan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)


Menurut Hadist Rasululah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a :
"Bahwa malaikat maut memerhati wajah setiap manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenung wajah seseorang, didapati orang itu ada yang sedang gelak tawa. Maka berkata Izrail: Alangkah herannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah Taala untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih tetap saja banyak ketawa."
Rasulullah s.a.w pernah bersabda bahawa apabila matinya anak Adam maka terputus amal ibadatnya kecuali tiga perkara, pertama : ilmu yang bermanfaat, kedua : sedekah jariah dan ketiga : doa anak-anak yang soleh.